Senin, 14 September 2015

PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP HUBUNGAN ANTAR SATUAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MEDIA GELANG KONVERSI
DI KELAS III SD NEGERI SINGOSAREN

Description: C:\Users\Public\Documents\tugas kuliah\edit logo.jpg
Disusun Oleh :
NAMA                 : ENGGI ARIEF ARFIANDIASARY
NIM                     : 11 015 128


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA
2015

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.
Salam dan Bahagia,
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat, Rahmat, dan Hidayah-NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan proposal Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Peningkatan Pemahaman Konsep Hubungan Antar Satuan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Media Gelang Konversi di Kelas III SD Negeri Singosaren”
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Drs. Kusmanto, M.Pd selaku dosen pemimbing satu dan Rosidah Aliim Hidayat, M.Pd selaku pembimbing dua yang membimbing, dalam penyusunan proposal  ini, serta teman-teman yang turut bekerjasama.
Proposal ini berisikan tentang informasi bagaimana dan manfaat apa yang didapat dalam penggunaan Media Penggaris Konversi untuk meningkatkan pemahaman siswa pada pelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Diharapkan contoh proposal  ini dapat memberikan informasi dan pemahaman kepada semua mahasiswa.  Kami menyadari bahwa dalam isi maupun penyusunan proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan proposal ini.

Penulis



DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................1
A.    Latar Belakang ...........................................................................1
B.     Identifikasi Masalah ...................................................................4
C.     Pembatasan Masalah ..................................................................5
D.    Rumusan Masalah ......................................................................6
E.     Tujuan Penelitian .......................................................................6
F.      Manfaat Penelitian .....................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI
DAN HIPOTESIS TINDAKAN.....................................................7
A.      Landasan Teori ...............................................................................7
1.      Pembelajaran ............................................................................7
2.      Pembelajaran Matematika di SD...............................................8
3.      Strategi Belajar Mengajar.........................................................10
4.      Media/alat peraga......................................................................11
5.      Keaktifan .................................................................................12
6.      Pemahaman...............................................................................13
B.      Kajian Penelitian yang Relevan .....................................................14
C.      Kerangka Berfikir ..........................................................................19
D.      Hipotesis Tindakan ........................................................................20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................21
A.  Setting Penelitian ............................................................................21
B.   Prosedur Penelitian .........................................................................21
C.   Subyek dan Objek Penelitian ..........................................................29
D.  Teknik Pengumpulan Data .............................................................30
E.   Instrumen Penelitian .......................................................................31
F.    Uji Coba Instrumen .........................................................................32
G.  Teknik Analisis Data ...................................................................... 33
H.  Indikator Keberhasilan Tindakan ................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 34




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Salah satu permasalahan yang menyangkut pengelolaan proses belajar mengajar mata pelajaran matematika di SD adalah kurangnya pengetahuan bagi guru SD serta terbatasnya dana dan sarana tentang bagaimana cara membuat dan menggunakan media/alat peraga dalam pembelajaran matematika. Di sisi lain pentingnya media/alat peraga dalam pembelajaran matematika telah diakui oleh semua jajaran pengelola pendidikan dan para ahli pendidikan.
Kompetensi guru dalam pelaksanaan interaksi belajar mengajar mempunyai indikator, mampu membuka pelajaran, mampu menyajikan materi, mampu menggunakan metode/strategi, mampu menggunakan media/alat peraga, mampu menggunakan bahasa yang komutatif, mampu memotivasi siswa, mampu mengoganisasikan kegiatan, mampu menyimpulkan pelajaran, mampu memberikan umpan balik, mampu melaksanakan penilaian dan mampu menggunakan waktu. (Departemen Pendidikan Nasional ; 13-14).
Agar pembelajaran yang akan diberikan oleh guru kepada siswa berhasil sesuai dengan kompetensi dasar, maka guru diharapkan dapat menyusun langkah-langkah pengembangan silabus pembelajaran, diantaranya merumuskan pengalaman belajar siswa meliputi :

1.) Pengalaman belajar dapat dilaksanakan di dalam dan di luar kelas, tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Kegiatan yag diberikan sebagai pengalaman belajar siswa harus berorientasi agar siswa aktif dan kreatif dalam belajar, iklim belajar menyenangkan, fungsi guru lebih ditekankan sebagai fasilitator daripada sebagai pemberi informasi, siswa terbiasa mencari sendiri informasi (dengan bimbingan guru) dari berbagai sumber, siswa dibekali dengan kecakapan hidup dan dibiasakan memecahkan permasalahan yang  kontektual yaitu terkait dengan lingkungan (nyata maupun maya) dari siswa.
2.) Pada hakekatnya pengalaman belajar memberikan pengalaman kepada siswa untuk menguasai kompetensi dasar secara ilmiah dan ditinjau dari dimensi kompetensi yang ingin dicapai. Pengalaman belajar meliputi pengalaman untuk mencapai kompetensi pada ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Selanjutnya pengalaman belajar dirumuskan dengan kata kerja yang operasional. (Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika, Dit. PMU, Ditjen Dikdsmen, Depdiknas, 2003 ; 3)

Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, anak usia Sekolah Dasar berada pada tahap konkret operasional, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1.) Pola berpikir dalam memahami konsep yang abstrak masih terikat pada konkret.
2.) Jika diberikan permasalahan belum mampu memikirkan segala alternatif pemecahannya.
3.) Pemahaman terhadap konsep yang beruruutan melalui tahap demi tahap, misal pada konsep panjang, luas, volume, berat dan sebagainya.
4.) Belum mampu menyelesaikan masalah yang melibatkan kombinasi urutan operasi pada masalah yang kompleks.
5.) Mampu mengelompokkan objek berdasarkan kesamaan sifat-sifat tertentu, dapat mengadakan korespondensi satu-satu dan dapat berpikir membalik.
6.) Dapat mengurutkan unsur-unsur atau kejadian.
7.) Dapat memahami ruang dan waktu.
8.) Dapat menunjukkan pemikiran yang abstrak.

Berdasarkan pada uraian diatas, siswa pada usia sekolah dasar dalam memahami konsep-konsep matematika masih sangat memerlukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan benda nyata (pengalaman-pengalaman konkret) yang dapat diterima akal mereka.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti mencoba mengetengahkan salah satu bentuk pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan guna meningkatkan pemahaman pada pembelajaran matematika. Dalam penyampaian pembelajaran ini peneliti menggunakan media/alat peraga gelang konversi dalam menyelesaikan soal-soal hubungan antar satuan di kelas III SDN Singosaren, dengan urutan pembelajaran sebagai berikut : Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil, kemudian guru menunjukkan contoh gelang konversi untuk pengenalan media. Guru memperagakan cara menggunakan gelang konversi. Kemudian siswa diberi lembar tugas untuk dikerjakan dengan cara memperagakan gelang konversi sebagai media/alat untuk menjawab lembar tugas tersebut, sedangkan guru mengamati proses penggunaan gelang konversi itu untuk menjawab tugas yang telah diberikan. Setelah waktu yang ditentukan habis, siswa disuruh menunjukkan hasil kerjanya di depan kelas, begitu seterusnya sampai siswa terampil menggunakan gelang konversi itu operasi penjumlahan dan pengurangan hubungan antarsatuan . Pada akhir pengajaran, guru mengadakan tanya jawab agar siswa terampil dalam menggunakan gelang konversi itu sebagai alat bantu untuk memecahkan soal-soal hubungan antarsatuan dalam pemecahan masalah sehari-hari.
Pada pembelajaran Matematika di Kelas III SD Negeri Singosaren, Banguntapan, Bantul pengamatan awal yang didapat yaitu:
a.       Siswa kurang memahami materi.
b.      Siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal latihan.
c.       Penggunaan media dan metode mengajar yang kurang menarik bagi siswa.
Dalam keseharian pada pembelajaran matematika siswa yang aktif saat proses pembelajaran hanya mencapai 30%. Sedangkan hasil belajar kurang memuaskan yaitu rata-rata nilai ulangan harian hanya mencapai 55.
Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh di atas, yaitu pembelajaran Matematika di kelas III SD Negeri Singosaren, Banguntapan Bantul dengan hasil kurang memuaskan, maka perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan pembelajaran Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Materi yang dipergunakan dalam perbaikan pembelajaran ini adalah “Hubungan Antarsatuan”, sedangkan upaya perbaikan pembelajaran ini adalah dengan penggunaan gelang konversi.
Penggunaan gelang konversi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat mempelajarinya secara proses. Penggunaan gelang konversi dapat dilakukan oleh guru sendiri, ataupun guru dan siswa bersama-sama.
Banyak yang diperoleh dengan menggunakan media/alat peraga. Media/alat peraga ini mempunyai beberapa keunggulan, yaitu:
a.       Siswa dapat memahami bahan pelajaran sesuai dengan objek yang sebenarnya.
b.      Dapat mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
c.       Dapat melakukan pekerjaan berdasarkan proses yang sistematis.
d.      Dapat mengetahui hubungan yang struktural atau urutan objek.
e.       Dapat melakukan perbandingan dari beberapa objek.
Melihat dari beberapa keunggulan yang disebut di atas maka media/alat peraga gelang konversi ini cocok diterapkan pada pembelajaran Matematika, dengan pokok bahasan “Hubungan antarsatuan”.
PTK ini mengambil judul: “ Peningkatan pemahaman konsep hubungan antar satuan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan media gelang konversi di Kelas III SD Negeri Singosaren”.

  1. Identifikasi Masalah
Dalam proses pembelajaran di kelas, guru diharapkan mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Guru harus senantiasa berkembang dan mau memperbaiki atau menyempurnakan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan awal pada pembelajaran Matematika di SD Negeri Singosaren Banguntapan Bantul ditemukan hal-hal berikut:
a. Siswa kurang memahami materi.
b. Siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal latihan.
c. Penggunaan media dan metode mengajar yang kurang menarik bagi siswa.
Berdasar pada data di atas, penulis selaku peneliti mencoba mengidentifikasi permasalahan pembelajaran Matematika, antara lain:
a.       Siswa kurang memahami materi yang disampaikan guru di depan kelas.
b.      Media dan metode yang digunakan dalam pembelajaraan kurang menarik.
c.       Guru tidak menggunakan strategi pembelajaran secara runtut dan bertahap dalam menyampaikan materi pelajaran.

  1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disebutkan diatas, maka peneliti membatasi masalah yaitu Penerapan Media/alat peraga untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Materi Hubungan Antarsatuan  pada Kelas III di SD Negeri Singosaren.

D.    Rumusan Masalah
Bertolak dari permasalahan diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah : Bagaimana penggunaan dan penerapan media gelang konversi dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal-soal hubungan antar satuan di kelas III SD Negeri Singosaren ?

E.     Tujuan Penelitian
Penulisan penelitian ini bertujuan agar siswa mampu meningkatkan pemahaman siswa dengan menggunaan media gelang konversi dalam menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan pada pengukuran menurut satuan ukurnya dan satuan waktu.

F.     Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terhadap pengembangan kualitas pembelajaran Matematika baik secara teoritis maupun praktis.
1.      Manfaat teoritis
                 Penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap dunia pendidikan dan juga pihak-pihak yang berkompeten dalam pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan proses pembelajaran, khususnya pembelajaran Matematika di SD.
2.  Manfaat praktis
a.      Bagi siswa
1)Menjadikan pembelajaran Matematika lebih menarik.
2)    Siswa dapat memahami bahan pelajaran sesuai dengan objek yang sebenarnya.
3)      Dapat mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
4)      Dapat melakukan pekerjaan berdasarkan proses yang sistematis.
5)      Dapat mengetahui hubungan yang struktural atau urutan objek.
6)      Dapat melakukan perbandingan dari beberapa objek.
b.      Bagi Guru
1)      Dapat menempatkan peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran Matematika.
2)   Dapat memberikan pembelajaran secara langsung bagi guru tentang pembelajaran yang menggunakan media gelang konversi guna meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi hubungan antar satuan, sehingga menambah wawasan dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas.
3)      Dapat memberikan bantuan dan bimbingan yang tepat sasaran pada siswa yang mengalami kesulitan.
c.       Bagi Sekolah
1)      Meningkatkan prestasi sekolah melalui prestasi belajar siswa.
2)      Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk menentukan kebijakan mutu pendidikan di sekolah.
.
BAB II
DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A.    Landasan Teori
1.      Pembelajaran
Belajar dalam pengertian umum adalah sikap perubahan perilaku yang mengakibatkan pengalaman atau hasil interaksi individu dengan lingkungan. Oleh karena itu manusia bersifat dinamis dan terbuka terhadap berbagai bentuk perubahan yang terjadi pada dirinya dan pada lingkungan sekitarnya.
Menurut Slamento (1995:4), belajar adalah proses yang dilakukan untuk memperoleh tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dengan interaksi dengan lingkungannya . Kemudian menurut Sri Rukmini, dkk (2002:59), belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik yang dapat diamati maupun tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan .
Menurut Bettencourt (dalam Paulina Pannen dkk, 2001) bagi konstruktivisme, pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari pendidik kepada pesrta didik melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik membangun sendiri pengetahuannya. Pembelajaran berarti partisipasi pendidik bersama peserta didik dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Jadi pembelajaran adalah bentuk belajar sendiri. Tugas pendidik adalah membantu peserta didik agar mampu mengkonstruksi pengetahuannya sesuai dengan situasinya yang konkret .
Pembelajaran pada dasarnya suatu proses kegiatan guru yang ditujukan kepada siswa dalam menyampaikan pesan berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan serta membimbing dan melatih agar siswa belajar. Dengan demikian guru harus menciptakan suatu kondisi lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Guru melakukan kegiatan pembelajaran atau membelajarkan siswa sedangkan siswa melakukan kegiatan belajar .

2.      Pembelajaran Matematika di SD
Mengajarkan matematika itu tidaklah mudah, oleh karena itu tidak dibedakan antara matematika dalam kehidupan sehari-hari dan matematika di sekolah. Maka dari itu perlu adanya desain khusus untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran matematika.

“Matematika adalah (1) Studi pola dan hubungan (studi of patterns and relationships) dengan demikian masing-masing topik itu saling terjalin satu dengan yang lain yang membentuknya, (2) Cara berpikir (way of thingking) yaitu memberikan strategi untuk mengatur, menganalisis dan mensintesa data atau semua yang ditemui dalam masalah sehari-hari, (3) Suatu seni (art) yaitu ditandai dengan adanya urutan dan konsistensi internal,dan (4) Sebagai bahasa (a language) dipergunakan secara hati-hati dan didefinisikan dalam term dan symbol yang akan meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi akan sains, keadaan kehidupan riil, dan matematika itu sendiri, serta (5) sebagai alat (a tool) yangn dipergunakan oleh setiap orang dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Sedangkan mengenai pengertian matematika sekolah.” (Reyt, et al, 1998 : 4)

“Matematika sekolah adalah bagian atau unsur dari matematika yang dipilih antara lain dengan pertimbangan atau berorientasi pada pendidikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa matematika sekolah adalah matematika yang telah dipilah-pilah dan disesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa.” (Soedjadi 199 : 1).

Berdasarkan paparan tersebut diatas jelas terlihat bahwa konsep pembelajaran matematika harus diberikan sesuai dengan tingkat intelektual siswa. Hal ini didasarkan pada pemberian konsep harus bertahap demi tahap guna untuk menyesuaikan taraf kemampuan intelektual siswa. Maka dari itu guru dituntut untuk menciptakan suasana pembelajaran yang sesuai dengan acuan yang berlaku sehingga proses pembelajaran khususnya pembelajaran matematika dijadikan suatu mata pelajaran yang tidak dianggap sulit oleh siswa. Dengan kata lain guru harus membangun konsep yang dapat menggugah siswa agar bisa menguatkan metode penerapan pembelajaran guna untuk menciptakan bahwa pelajaran matematika itu menyenangkan dan tidak sulit untuk dipelajari. 

“Dalam belajar aktif siswa harus melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar mendengarkan, untuk bisa terlibat aktif para siswa itu harus terlibat dalam tugas yang perlu pemikiran tingkat tinggi seperti tugas analisis, sintesis, dan evaluasi. Oleh karena itu dalam rangka mewujudkan CBSA guru harus berusaha mencari metode mengajar yang dapat menyebabkan siswa aktif belajar. Pembelajaran matematika hendaknya menganut kebenaran konsistensi yang didasarkan kepada kebenaran-kebenaran yang terdahulu yang telah diterima, atau setiap struktur dalam matematika tidak boleh terdapat kontradiksi. (Bonwell dan Eison, 1991 : 1)
Dengan melihat paparan tersebut diatas maka penulis dapat memberikan penjelasan yaitu untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, maka siswa dalam proses pembelajaran tidak hanya mendengarkan, tetapi harus terjun langsung dalam aktivitas pembelajaran yang disampaikan. Maka dari itu proses pembelajaran harus didesain sedemikian rupa agar supaya proses pembelajaran dapat diterima dengan cepat oleh siswa.

Adapun tujuan pembelajaran matematika disebutkan bahwa tujuan yang hendak dicapai dari pembelajaran matematika sekolah adalah : menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan satuan konversi)  sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari, menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihkan melalui kegiatan matematika, dan memahami konsep matematika, menjelaskan  keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikannya secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

3.         Strategi Belajar Mengajar
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

Menurut Newman dan Logan, dalam bukunya yang berjudul Strategy Policy and Central Management (197 : 8), strategi dasar dari setiap usaha akan mencakup keempat hal sebagai berikut :
a.       Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil seperti apa yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha itu yang sesuai dengan asprasi dan selera masyarakat.
b.      Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama manakah yang dipandang paling efektif guna mencapai sasaran tersebut.
c.       Mempertimbangkan dan menetapkan langakah-langkah apa saja yang akan ditempuh untuk mencapai sasaran tersebut.
d.      Mempertimbangkan dan menetapkan kriteria dan patokan ukuran yang harus dipergunakan untuk mengukur dan menilaf taraf keberhasilan usaha tersebut.
Melihat paparan tersebut diatas, maka strategi belajar mengajar dapat disimpulkan sebagai suatu proses upaya untuk melaksanakan prosees pembelajaran dengan baik. Dengan demikian tidak lepas dari peran serta guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Guru harus mampu memberikan suatu metode yang cepat dan tepat sehingga dengan cepat siswa akan menangkap hasil pembelajaran yang disampaikan.

4.        Media/alat peraga
Untuk mengembangkan pemahaman dan keterampilan secara optimal dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman tentang media/alat peraga. Pengetahuan itu meliputi :
1.         Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.
2.         Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
3.         Tentang proses-proses mengajar.
4.         Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan.
5.         Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran.
6.         Memilih dan menggunakan pendidikan.
7.         Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan.
8.         Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran dan
9.         Usaha inovasi dalam media pendidikan dan lain-lain.
Ditilik dari beberapa pokok yang telah dikemukakan diatas, jelaslah bahwa media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan usaha pengajaran di sekolah. (Hamalik, 1980 : 15-16).




5.      Pemahaman
Pemahaman merupakan terjemahan dari comprehension. Purwadinata (dalam Emiliani, 2000:7) menyatakan bahwa paham artinya "mengerti benar", sehingga pemahaman konsep artinya mengerti benar tentang konsep. Menurut Driver (dalam Suzana, 2003:22) pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi atau suatu tindakan.
http://matematika .upi.edu/index
Dari pengertian di atas ada tiga aspek pemahaman, yaitu:
a.       Kemampuan mengenal
b.      Kemampuan menjelaskan
c.       Kemampuan menginterpretasi atau menarik kesimpulan
Menurut Sumarmo (1987:24) ada 3 macam pemahaman, yaitu:
a.       Pengubahan (translation),
b.      Pemberian arti (interpretation),
c.       Pembuatan ekstrapolasi (extrapolation).

Beberapa faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi pelajaran antara lain:
a.       Pemilihan metode yang tepat.
b.      Pemilihan alat peraga atau media yang dapat membuat siswa lebih paham terhadap materi yang dipelajarinya.
c.       Faktor dari dalam diri siswa, misalnya motivasi dan ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajari.
d.      Kondisi kelas yang kondusif dan memungkinkan siswa untuk konsentrasi saat proses pembelajaran sedang berlangsung.
Pemahaman siswa terhadap konsep matematika menurut NCTM (dalam Munggaranti, 2007:25) dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam:
a.       Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan.
b.      Membuat contoh dan non contoh penyangkal.
c.       Mempresentasikan suatu konsep dengan model, diagram, dan simbol.
d.      Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk yang lain.
e.       Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep.
f.       Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat-syarat yang menentukan suatu konsep.
g.      Membandingkan dan membedakan konsep-konsep.

B.     Kajian Penelitian yang Relevan

C.    Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir perlu sekali dilakukan untuk dapat mewujudkan suatu gagasan atau suatu rencana sampai pada hasilnya sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dideskripsikan sebagai berikut:
Mengingat anak kelas III SD pada periode operasional konkret, yaitu bahwa anak mulai mengkonversi ilmu pengetahuan tertentu, perilaku kognitif yang tampak ialah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. Dalam hal belajar siswa memerlukan hal-hal yang konkrit untuk beranjak pada hal-hal yang abstrak.
Seperti telah diketahui bahwa penggunaaan penggaris konversi menyajikan bahan pelajaran dengan menunjukkan objek secara langsung atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat mempelajari secara proses. Objek tersebut dapat berupa hal-hal yang konkrit.
Implementasi penggunaan gelang konversi sangat efektif jika diterapkan pada proses pembelajaran Matematika karena siswa akan terlibat aktif dalam pembelajaran, menggunakan objek konkret sehingga pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari akan lebih baik atau meningkat.
Pada pembelajaran matematika materi ”Hubungan Antarsatuan Panjang, Berat dan waktu”, sangat memerlukan metode di mana siswa tidak hanya membayangkan suatu materi secara abstrak, tetapi akan lebih baik jika siswa dapat mengalami pembelajaran dengan secara konkret. Hal ini penting agar siswa dapat lebih memahami materi. Penggunaan media gelang konversi cocok diterapkan dalam kegiatan pembelajaran dengan materi ”Hubungan Antarsatuan Panjang, Berat dan Waktu”.

D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : ”Jika dalam pembelajaran Matematika menggunakan metode gelang konversi, maka pemahaman siswa akan meningkat.”










BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

  1. Setting Penelitian
1.      Tempat Penelitian
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri Singosaren Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul.
Yang mana situasi kelas mempunyai ciri-ciri antara lain :
a)         Ukuran kelas panjang 9 meter dan lebar 7 meter
b)        Jumlah meja 10 buah dan kursi 20 buah
c)         Terdapat sebuah meja dan sebuah kursi untuk guru
d)        Lantai berbentuk persegi
e)         Tertempel beberapa macam gambar pahlawan di dinding dan peta Indonesia.
f)         Terdapat satu buah alamari untuk menyimapan buku dan alat-alat tulis untuk pembelajaran
2.      Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap ajaran  2014/2015.
  1. Prosedur Penelitian
1)      Waktu Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
Tabel 1. Waktu Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
No
Siklus
Hari, Tanggal
Materi
1
I
Sabtu, 9 Mei 2015
Menentukan hubungan antar satuan panjang.
2
II
Sabtu, 16 Mei 2015
Menentukan hubungan antar satuan berat.
3
III
Sabtu, 23 Mei 2015
Menentukan hubungan antar satuan waktu.

2)      Deskripsi  Per Siklus
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan dalam tiga siklus, dengan alokasi waktu setiap siklus adalah 2 x 35 menit atau dua jam pelajaran. Setiap siklus perbaikan pembelajaran terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
1.      Siklus I
a.       Perencanaan
Pada siklus pertama guru merencanakan perbaikan pembelajaran Matematika pada hari Sabtu tanggal 9 Mei 2015 dengan materi ”Hubungan Antarsatuan Panjang, Berat dan waktu”, yaitu menentukan hubungan antar satuan panjang.
Metode yang digunakan dalam perbaikan pembelajaran siklus pertama adalah dengan media gelang konversi. Penggunaan media tersebut dimaksudkan agar anak senang dan tertarik mengikuti pelajaran. Penggunaan media gelang konversi bertujuan untuk mengaktifkan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Guru memberikan motivasi dan mengamati keaktifan siswa dengan mengisi lembar observasi. Guru melaksanakan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan peniruan dari siswa. Guru memimpin diskusi klasikal dan menarik kesimpulan terhadap hasil demonstrasi. Di akhir pembelajaran guru memberikan tes akhir untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.
b.      Pelaksanaan
Perbaikan pembelajaran mata pelajaran Matematika siklus pertama dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 9 Mei 2015 di kelas III SD Negeri Singosaren Banguntapan Bantul materi tentang ”Hubungan Antarsatuan Panjang, Berat dan waktu”.
Pertama-tama guru mengadakan apersepsi, yaitu melalui tanya jawab dengan siswa untuk mengingat kembali satuan ukur, serta alat ukurnya. Selanjutnya guru menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran, serta memotivasi siswa.
Pada kegiatan inti siswa diminta membuat gelang konversi yang telah dicontohkan dan diperagakan oleh guru di depan kelas. Kegiatan kemudian dilanjutkan yaitu siswa diminta membuat gelang konversi semenarik mungkin dengan tujuan menumbuhkembangkan kreatif siswa.
Tampilan Sisi Depan Penggaris Konversi :
             KM   HM   DAM   M   DM   CM   MM

Tampilan Sisi Belakang Penggaris Konversi :
 


          KG       DAG    G    DG   CG    MG

Pada kegiatan selanjutnya siswa memperhatikan demonstrasi yang dilakukan guru yaitu guru menjelaskan cara menggunakan gelang konversi dan siswa ikut mempraktekkan instruksi dari guru. Guru mengawasi dan membimbing siswa dalam proses menggunakan gelang konversi. Setelah beberapa siswa telah memperagakan di depan kelas, siswa mencoba memecahkan masalah hubungan antarsatuan Panjang, Berat dan waktu.
Kegiatan dilanjutkan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami oleh siswa. Kemudian dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan materi pelajaran dan mencatat pada buku. Pada akhir kegiatan inti, siswa mengerjakan evaluasi, serta mencocokkan hasil evaluasi secara klasikal. Pada kegiatan akhir siswa diberi PR, penguatan agar siswa lebih rajin belajar, kemudian guru mengakhiri pelajaran.
c.       Observasi
d.      Refleksi
2.      Siklus II
a.       Perencanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus kedua direncanakan berdasarkan hasil refleksi siklus pertama yang kurang memuaskan. Guru merencanakan perbaikan pembelajaran Matematika pada hari Sabtu tanggal 14 Mei 2013 dengan materi ”Hubungan Antarsatuan Panjang, Berat dan waktu” yaitu menentukan hubungan antarsatuan berat.
Metode yang digunakan dalam perbaikan pembelajaran siklus kedua adalah metode demonstrasi, diskusi klasikal, dan penugasan.
Guru memberikan motivasi dan mengamati keaktifan siswa dengan mengisi lembar observasi. Guru melaksanakan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan peniruan dari siswa. Guru memimpin diskusi klasikal dan menarik kesimpulan terhadap hasil demonstrasi. Di akhir pembelajaran guru memberikan tes akhir untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.
b.      Pelaksanaan
Perbaikan pembelajaran mata pelajaran Matematika siklus kedua dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 16 Mei 2015 di kelas III SD Negeri Singosaren Banguntapan Bantul dengan materi ”Hubungan Antarsatuan Panjang, Berat dan waktu”, yaitu menentukan hubungan antarsatuan berat.
Pertama-tama guru mengadakan apersepsi yaitu mengadakan tanya jawab tentang penggunaan gelang konversi dalam menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan satuan panjang.
Pada awal kegiatan inti, siswa memperhatikan demonstrasi yang dilakukan guru, yaitu menggunakan gelang konversi, kemudian ditempelkan pada salah satu buku tugas siswa dan mulai mengoperasikan soal cerita yang berkaitan dengan satuan panjang. Kemudian dengan bimbingan guru, secara bergantian beberapa siswa diminta melakukan hal yang sama seperti yang telah dicontohkan/diperagakan oleh guru.
Selanjutnya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, kemudian siswa mengerjakan tugas secara berkelompok, yaitu menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan satuan panjang. Jika siswa telah selesai mengerjakan tugas kelompok, maka secara bergantian, setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi secara klasikal, yaitu siswa dan guru mengoreksi hasil kerja kelompok, kemudian melalui diskusi memberi masukan jika terdapat kekurangan atau kesalahan.
Pada akhir kegiatan inti, siswa diberi kesempatan untuk bertanya, kemudian dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan materi pelajaran kemudian mencatat pada buku. Jika siswa telah selesai mencatat, siswa mengerjakan evaluasi, kemudian secara klasikal siswa dan guru mencocokkan hasil evaluasi. Siswa diberi penguatan agar siswa lebih rajin belajar, kemudian guru mengakhiri pelajaran.
c.       Observasi

d.      Refleksi

3.      Siklus III
a.       Perencanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus ketiga direncanakan berdasarkan hasil refleksi siklus kedua. Guru merencanakan perbaikan pembelajaran Matematika pada hari Sabtu tanggal 23 Mei 2015 dengan materi ”Hubungan Antarsatuan Panjang dan Berat” yaitu menentukan hubungan antarsatuan waktu. Metode yang digunakan dalam perbaikan pembelajaran siklus ketiga adalah dengan media gelang konversi, diskusi klasikal, kerja kelompok dan penugasan, serta lembar tugas. Penggunaan media tersebut dimaksudkan agar anak senang dan tertarik mengikuti pelajaran, serta menambah pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajarinya. Penggunaan media gelang konversi bertujuan untuk mengaktifkan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru memberikan motivasi dan mengamati keaktifan siswa dengan mengisi lembar observasi. Guru melaksanakan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan peniruan dari siswa. Guru memimpin diskusi klasikal dan menarik kesimpulan terhadap hasil demonstrasi. Di akhir pembelajaran guru memberikan tes akhir untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.
b.      Pelaksanaan
Perbaikan pembelajaran mata pelajaran Matematika siklus kedua dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 23 Mei 2015 di kelas III SD Negeri Singosaren Banguntapan Bantul dengan materi tentang ”Hubungan Antarsatuan”, yaitu menentukan hubungan antarsatuan waktu.
Kegiatan awal dimulai dengan apersepsi, yaitu melalui tanya jawab guru dengan siswa untuk mengingat kembali satuan ukur serta alat ukurnya. Guru kemudian menginformasikan tujuan pembelajaran dan memotifasi siswa.
Pada awal kegiatan inti, siswa memperhatikan demonstrasi yang dilakukan guru, yaitu menggunakan gelang konversi, kemudian ditempelkan pada salah satu buku tugas siswa dan mulai mengoperasikan soal cerita yang berkaitan dengan waktu. Kemudian dengan bimbingan guru, secara bergantian beberapa siswa diminta melakukan hal yang sama seperti yang telah dicontohkan/diperagakan oleh guru.
Selanjutnya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, kemudian siswa mengerjakan tugas secara berkelompok, yaitu menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan waktu. Jika siswa telah selesai mengerjakan tugas kelompok, maka secara bergantian, setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi secara klasikal, yaitu siswa dan guru mengoreksi hasil kerja kelompok, kemudian melalui diskusi memberi masukan jika terdapat kekurangan atau kesalahan.
Pada akhir kegiatan inti, siswa diberi kesempatan untuk bertanya, kemudian dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan materi pelajaran kemudian mencatat pada buku. Jika siswa telah selesai mencatat, siswa mengerjakan evaluasi, kemudian secara klasikal siswa dan guru mencocokkan hasil evaluasi.
Pada kegiatan akhir, siswa diberi PR dan penguatan agar siswa lebih rajin belajar.
c.       Observasi
d.      Refleksi

  1. Subyek dan Obyek Penelitian
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri Singosaren, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul.
Subjek penelitian adalah siswa kelas III SD Negeri Singosaren yang berjumlah 20 siswa, terdiri dari anak laki-laki sebanyak 9 siswa, dan anak perempuan sebanyak 11 siswa.
Mereka pada umumnya berasal dari keluarga yang menengah kebawah. Namun, selalu ceria dalam KBM. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa dalam pembelajaran Matematika Materi Hubungan Antar Satuan dengan menggunakan media gelang konversi.
Kelas III merupakan kelas dengan nilai Matematika paling rendah dibanding kelas-kelas lain. Hal ini mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan gelang konversi untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran Matematika Materi Hubungan Antarsatuan Panjang, Berat, dan waktu.

  1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.        Dokumentasi nilai, yaitu data berupa nilai ulangan harian Matematika pada kompetensi dasar sebelumnya yang dijadikan sebagai nilai dasar untuk digunakan sebagai acuan hasil tes pada siklus I.
2.        Tugas, yaitu nilai rata-rata hasil latihan soal dan dan tugas rumah yang diberikan guru sebagai latihan siswa.
3.        Observasi adalah segala upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu.Observasi ini dilakukan untuk memantau proses dan dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Observasi dipusatkan pada proses dan hasil tindakan pembelajaran beserta peristiwa-peristiwa yang melingkupinya. Langkah-langkah observasi meliputi perencanaan, pelaksanaan observasi kelas dan pembahasan balikan.
4.  Wawancara,merupakan data yang sangat penting dalam penelitian yaitu berupa manusia yang dalam posisi sebagai nara sumber (informan). Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data itu diperlukan teknik wawancara. Wawancara dalam penelitian ini dilaksanakan secara langsung yaitu percakapan dan tanya jawab kepada siswa secara langsung tanpa perantara. Wawancara ini juga dilakukan secara tertutup dan bebas, agar siswa dapat mengungkapkan permasalahan, keinginan dan kebutuhannya dalam kegiatan pembelajaran. Wawancara ini digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut dan dipergunakan untuk mengetahui secara mendalam tentang  kondisi siswa sebelum pembelajaran dengan model pembelajaran demonstrasi.
5.  Tes Hasil Belajar, tes digunakan untuk mengukur kemampuan sesuatu, keterampilan, pengetahuan, penguasaan dan sebagainya. Teknik pengumpulan data penelitian ini berupa soal-soal yang disajikan ini guna mengetahui hasil atau nilai yang dicapai siswa dalam Matematika. Peneliti menggunakan tes awal, tes proses, tes akhir untuk membandingkan hasil tes siswa.

E.     Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian sebagai alat bantu bagi peneliti dalam menggunakan metode pengumpulan data agar menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Suharsimi Arikunto, 2006:100).
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Hasil Belajar, tes merupakan alat pcnilaian yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban dari siswa dalam bentuk lisan, tulisan, maupun perbuatan.
Groulund & Linn (Jero: 2011) mengemukakan bahwa tes merupakan instrumen atau prosedur sistematik untuk mengukur sampel tingkah laku yang dimiliki individu. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Cronbach (Jero: 2011) bahwa tes juga dapat didefinisikan sebagai prosedur sistematik untuk membandingkan tingkah laku dari dua atau lebih individu.
Tes yang digunakan berupa tes uraian. Penggunaan tes uraian cukup beralasan karena memberikan indikasi yang baik untuk mengungkap prestasi yang nyata dalam belajar dan mengetahui sejauh mana siswa mendalami suatu masalah yang disajikan. Disamping itu, Gorman (Jero: 2011) menyatakan bahwa tes bentuk uraian layak dipergunakan untuk mengevaluasi kemampuan siswa dalam memecahkan masalah untuk bidang tertentu dan juga untuk mengevaluasi aspek tertentu dari proses pemecahan masalah. Tes uraian harus dijawab dengan langkah-langkah tertentu, baik yang mengikuti langkah-langkah orang lain, mengembangkan langkah sendiri, mengevaluasi, ataupun mengurangi langkah-langkah tertentu.

  1. Uji Coba Instrumen
Ujicoba dilakukan sebelum instrumen yang akan digunakan siap pakai. Langkah-langkah yang dilakukan untuk melaksanakan uji coba ialah dengan menentukan obyek untuk dilakukan ujicoba.
Langkah kedua yaitu mempersiapkan butir-butir soal yang akan diujicobakan dan meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal tersebut. Setelah melakukan ujicoba, kemudian dilakukan penghitungan skor yang diperoleh siswa. Setiap nomor soal yang benar mendapatkan skor 1, dan nomor soal yang salah mendapatkan skor  0. Adapun untuk mengetahui nilai, maka jumlah skor yang diperoleh siswa dibagi dengan 2.

G.    Teknik Analisis Data
Pada penelitian tindakan kelas ini, analisis data yang dilakukan bersifat deskriptif  kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan dengan analisis interaktif. Data yang dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan analisis interktif yang terdiri dari reduksi (pemilihan/ penyederhanaan) data, penyajian data dan penarikan kesimpulan dilakukan dalam bentuk interaktif dengan pengumpulan data sebagai suatu proses siklus.

H.    Indikator Keberhasilan Tindakan
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila minimal 85% dari seluruh  siswa yang mengikuti tes pembelajaran Matematika sudah memenuhi KKM KD yang ditentukan yaitu 70.













DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, Toha dkk. (2008). Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka.

Djoko Moesono & sujono, 1998. Matematika 4, Jakarta: Depdikbud.

Nur Fajariyah & Defi Triratnawati, 2008. Matematika 3, Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas, 2004. Pedoman Pengembangan Silabus, Jakarta.

Depdiknas, 2006. Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta.

Elly E, 1996. Metoda Pengajaran Matematika di Sekolah Dasar, Jogjakarta: PPPG JOGJAKARTA.

Oemar Hamalik, 1980. Media Pendidikan, Jakarta.

Karim, Muchtar A, 1999. Metodologi Pembelajaran. Jakarta.

Kasbolah, Kasihani. (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud.

Paulina Pannen, Dina Mustafa dan Mustika Sekarwinahyu. (2001). Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Jakarta: Proyek Pengembangan UT, Depdiknas.

Slamento. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar