PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP HUBUNGAN ANTAR SATUAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MEDIA GELANG KONVERSI
DI KELAS III SD NEGERI SINGOSAREN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP HUBUNGAN ANTAR SATUAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MEDIA GELANG KONVERSI
DI KELAS III SD NEGERI SINGOSAREN

Disusun
Oleh :
NAMA : ENGGI ARIEF ARFIANDIASARY
NIM : 11 015 128
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA
2015
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Salam dan Bahagia,
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT,
karena berkat, Rahmat, dan Hidayah-NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
pembuatan proposal Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Peningkatan
Pemahaman Konsep Hubungan Antar Satuan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah dengan Media Gelang Konversi di Kelas III SD Negeri Singosaren”
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
Drs. Kusmanto, M.Pd selaku dosen pemimbing satu dan Rosidah Aliim Hidayat, M.Pd
selaku pembimbing dua yang membimbing, dalam penyusunan proposal ini, serta teman-teman yang turut
bekerjasama.
Proposal ini berisikan tentang
informasi bagaimana dan manfaat apa yang didapat dalam penggunaan Media
Penggaris Konversi untuk meningkatkan pemahaman siswa pada pelajaran Matematika
di Sekolah Dasar. Diharapkan contoh proposal ini dapat memberikan informasi dan pemahaman
kepada semua mahasiswa. Kami menyadari
bahwa dalam isi maupun penyusunan proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan proposal ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
..................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...............................................................................
ii
DAFTAR ISI
.............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
..........................................................................1
A.
Latar
Belakang
...........................................................................1
B. Identifikasi
Masalah ...................................................................4
C. Pembatasan
Masalah ..................................................................5
D. Rumusan
Masalah ......................................................................6
E. Tujuan
Penelitian .......................................................................6
F. Manfaat
Penelitian .....................................................................6
BAB
II LANDASAN TEORI
DAN HIPOTESIS
TINDAKAN.....................................................7
A. Landasan
Teori ...............................................................................7
1. Pembelajaran
............................................................................7
2. Pembelajaran
Matematika di SD...............................................8
3.
Strategi
Belajar Mengajar.........................................................10
4.
Media/alat
peraga......................................................................11
5. Keaktifan
.................................................................................12
6. Pemahaman...............................................................................13
B. Kajian
Penelitian yang Relevan .....................................................14
C. Kerangka
Berfikir ..........................................................................19
D. Hipotesis
Tindakan ........................................................................20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
..................................................21
A. Setting
Penelitian ............................................................................21
B. Prosedur
Penelitian .........................................................................21
C. Subyek
dan Objek Penelitian ..........................................................29
D. Teknik
Pengumpulan Data .............................................................30
E. Instrumen
Penelitian .......................................................................31
F. Uji
Coba Instrumen .........................................................................32
G. Teknik
Analisis Data ......................................................................
33
H. Indikator Keberhasilan Tindakan
................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA
................................................................................
34
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Salah satu permasalahan yang menyangkut pengelolaan
proses belajar mengajar mata pelajaran matematika di SD adalah kurangnya
pengetahuan bagi guru SD serta terbatasnya dana dan sarana tentang bagaimana
cara membuat dan menggunakan media/alat peraga dalam pembelajaran matematika.
Di sisi lain pentingnya media/alat peraga dalam pembelajaran matematika telah
diakui oleh semua jajaran pengelola pendidikan dan para ahli pendidikan.
Kompetensi
guru dalam pelaksanaan interaksi belajar mengajar mempunyai indikator, mampu
membuka pelajaran, mampu menyajikan materi, mampu menggunakan metode/strategi,
mampu menggunakan media/alat peraga, mampu menggunakan bahasa yang komutatif,
mampu memotivasi siswa, mampu mengoganisasikan kegiatan, mampu menyimpulkan
pelajaran, mampu memberikan umpan balik, mampu melaksanakan penilaian dan mampu
menggunakan waktu. (Departemen Pendidikan Nasional ; 13-14).
Agar
pembelajaran yang akan diberikan oleh guru kepada siswa berhasil sesuai dengan
kompetensi dasar, maka guru diharapkan dapat menyusun langkah-langkah
pengembangan silabus pembelajaran, diantaranya merumuskan pengalaman belajar
siswa meliputi :
1.) Pengalaman
belajar dapat dilaksanakan di dalam dan di luar kelas, tidak terbatas oleh ruang
dan waktu. Kegiatan yag diberikan sebagai pengalaman belajar siswa harus
berorientasi agar siswa aktif dan kreatif dalam belajar, iklim belajar
menyenangkan, fungsi guru lebih ditekankan sebagai fasilitator daripada sebagai
pemberi informasi, siswa terbiasa mencari sendiri informasi (dengan bimbingan
guru) dari berbagai sumber, siswa dibekali dengan kecakapan hidup dan
dibiasakan memecahkan permasalahan yang
kontektual yaitu terkait dengan lingkungan (nyata maupun maya) dari
siswa.
2.) Pada
hakekatnya pengalaman belajar memberikan pengalaman kepada siswa untuk
menguasai kompetensi dasar secara ilmiah dan ditinjau dari dimensi kompetensi
yang ingin dicapai. Pengalaman belajar meliputi pengalaman untuk mencapai
kompetensi pada ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Selanjutnya
pengalaman belajar dirumuskan dengan kata kerja yang operasional. (Pengembangan
Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika, Dit. PMU, Ditjen Dikdsmen,
Depdiknas, 2003 ; 3)
Berdasarkan
teori perkembangan kognitif Piaget, anak usia Sekolah Dasar berada pada tahap
konkret operasional, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1.) Pola
berpikir dalam memahami konsep yang abstrak masih terikat pada konkret.
2.) Jika
diberikan permasalahan belum mampu memikirkan segala alternatif pemecahannya.
3.) Pemahaman
terhadap konsep yang beruruutan melalui tahap demi tahap, misal pada konsep
panjang, luas, volume, berat dan sebagainya.
4.) Belum
mampu menyelesaikan masalah yang melibatkan kombinasi urutan operasi pada
masalah yang kompleks.
5.) Mampu
mengelompokkan objek berdasarkan kesamaan sifat-sifat tertentu, dapat
mengadakan korespondensi satu-satu dan dapat berpikir membalik.
6.) Dapat
mengurutkan unsur-unsur atau kejadian.
7.) Dapat
memahami ruang dan waktu.
8.) Dapat
menunjukkan pemikiran yang abstrak.
Berdasarkan
pada uraian diatas, siswa pada usia sekolah dasar dalam memahami konsep-konsep
matematika masih sangat memerlukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
benda nyata (pengalaman-pengalaman konkret) yang dapat diterima akal mereka.
Dalam
penelitian tindakan kelas ini, peneliti mencoba mengetengahkan salah satu
bentuk pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan guna meningkatkan
pemahaman pada pembelajaran matematika. Dalam penyampaian pembelajaran ini
peneliti menggunakan media/alat peraga gelang konversi dalam menyelesaikan
soal-soal hubungan antar satuan di kelas III SDN Singosaren, dengan urutan
pembelajaran sebagai berikut : Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok
kecil, kemudian guru menunjukkan contoh gelang konversi untuk pengenalan media.
Guru memperagakan cara menggunakan gelang konversi. Kemudian siswa diberi
lembar tugas untuk dikerjakan dengan cara memperagakan gelang konversi sebagai
media/alat untuk menjawab lembar tugas tersebut, sedangkan guru mengamati
proses penggunaan gelang konversi itu untuk menjawab tugas yang telah
diberikan. Setelah waktu yang ditentukan habis, siswa disuruh menunjukkan hasil
kerjanya di depan kelas, begitu seterusnya sampai siswa terampil menggunakan
gelang konversi itu operasi penjumlahan dan pengurangan hubungan antarsatuan .
Pada akhir pengajaran, guru mengadakan tanya jawab agar siswa terampil dalam
menggunakan gelang konversi itu sebagai alat bantu untuk memecahkan soal-soal
hubungan antarsatuan dalam pemecahan masalah sehari-hari.
Pada
pembelajaran Matematika di Kelas III SD Negeri Singosaren, Banguntapan, Bantul pengamatan awal yang didapat yaitu:
a.
Siswa kurang memahami materi.
b.
Siswa
mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal latihan.
c.
Penggunaan media dan metode
mengajar yang kurang menarik bagi siswa.
Dalam keseharian pada pembelajaran
matematika siswa yang aktif saat proses pembelajaran hanya mencapai 30%.
Sedangkan hasil belajar kurang memuaskan yaitu rata-rata nilai ulangan harian
hanya mencapai 55.
Berdasarkan data pengamatan yang
diperoleh di atas, yaitu pembelajaran Matematika di kelas III SD Negeri Singosaren, Banguntapan Bantul dengan hasil kurang memuaskan, maka perlu dilakukan upaya-upaya
perbaikan pembelajaran Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Materi yang dipergunakan
dalam perbaikan pembelajaran ini adalah “Hubungan Antarsatuan”, sedangkan upaya perbaikan
pembelajaran ini adalah dengan penggunaan
gelang konversi.
Penggunaan gelang
konversi merupakan metode mengajar yang menyajikan
bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara
melakukan sesuatu sehingga dapat mempelajarinya secara proses. Penggunaan gelang konversi dapat dilakukan oleh guru sendiri, ataupun guru dan siswa
bersama-sama.
Banyak yang diperoleh dengan
menggunakan media/alat peraga. Media/alat peraga ini mempunyai beberapa keunggulan, yaitu:
a.
Siswa dapat memahami bahan
pelajaran sesuai dengan objek yang sebenarnya.
b. Dapat mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
c. Dapat melakukan pekerjaan berdasarkan
proses yang sistematis.
d. Dapat mengetahui hubungan yang struktural
atau urutan objek.
e. Dapat melakukan perbandingan dari beberapa
objek.
Melihat
dari beberapa keunggulan yang disebut di atas maka media/alat peraga gelang konversi ini cocok diterapkan pada pembelajaran
Matematika, dengan pokok bahasan “Hubungan
antarsatuan”.
PTK ini
mengambil judul: “ Peningkatan pemahaman
konsep hubungan antar satuan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah
dengan media gelang konversi di Kelas III SD Negeri Singosaren”.
- Identifikasi Masalah
Dalam proses
pembelajaran di kelas, guru diharapkan mampu merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran. Guru harus senantiasa berkembang dan mau memperbaiki atau
menyempurnakan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau
pembelajaran.
Berdasarkan
pengamatan awal pada pembelajaran Matematika di SD Negeri Singosaren Banguntapan Bantul ditemukan hal-hal berikut:
a. Siswa kurang
memahami materi.
b. Siswa mengalami
kesulitan dalam mengerjakan soal-soal latihan.
c. Penggunaan
media dan metode mengajar yang kurang menarik bagi siswa.
Berdasar
pada data di atas, penulis selaku
peneliti mencoba
mengidentifikasi permasalahan pembelajaran Matematika, antara lain:
a. Siswa kurang memahami materi yang
disampaikan guru di depan kelas.
b. Media dan metode yang digunakan dalam pembelajaraan kurang menarik.
c.
Guru tidak menggunakan strategi
pembelajaran secara runtut dan bertahap dalam menyampaikan materi pelajaran.
- Pembatasan
Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah
disebutkan diatas, maka peneliti membatasi masalah yaitu Penerapan Media/alat
peraga untuk Meningkatkan Pemahaman
Siswa Dalam
Pembelajaran Matematika Materi Hubungan
Antarsatuan pada Kelas III di SD
Negeri Singosaren.
D.
Rumusan Masalah
Bertolak dari permasalahan diatas, maka perumusan
masalah pada penelitian ini adalah : Bagaimana penggunaan dan penerapan media gelang konversi dapat
meningkatkan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal-soal hubungan antar satuan di kelas III SD Negeri Singosaren ?
E.
Tujuan Penelitian
Penulisan penelitian ini bertujuan agar siswa mampu
meningkatkan pemahaman siswa dengan menggunaan
media gelang
konversi dalam menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan penjumlahan dan
pengurangan pada pengukuran menurut satuan ukurnya dan satuan waktu.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terhadap
pengembangan kualitas pembelajaran Matematika baik secara teoritis maupun praktis.
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan
terhadap dunia pendidikan dan juga pihak-pihak yang berkompeten dalam
pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan proses pembelajaran, khususnya
pembelajaran Matematika di SD.
2. Manfaat praktis
a.
Bagi siswa
1)Menjadikan pembelajaran Matematika lebih menarik.
2) Siswa dapat
memahami bahan pelajaran sesuai dengan objek yang sebenarnya.
3) Dapat mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
4) Dapat melakukan pekerjaan berdasarkan proses yang
sistematis.
5) Dapat mengetahui hubungan yang struktural atau urutan
objek.
6) Dapat melakukan perbandingan dari beberapa objek.
b.
Bagi Guru
1) Dapat menempatkan peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran Matematika.
2) Dapat
memberikan pembelajaran secara langsung bagi guru tentang pembelajaran yang
menggunakan media gelang konversi guna meningkatkan pemahaman siswa terhadap
materi hubungan antar satuan, sehingga menambah wawasan dalam melaksanakan
proses pembelajaran di kelas.
3) Dapat memberikan bantuan dan bimbingan yang tepat sasaran
pada siswa yang mengalami kesulitan.
c.
Bagi Sekolah
1) Meningkatkan prestasi sekolah melalui prestasi belajar
siswa.
2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu
bahan untuk menentukan kebijakan mutu pendidikan di sekolah.
.
BAB II
DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Landasan Teori
1. Pembelajaran
Belajar
dalam pengertian umum adalah sikap perubahan perilaku yang mengakibatkan
pengalaman atau hasil interaksi individu dengan lingkungan. Oleh karena itu
manusia bersifat dinamis dan terbuka terhadap berbagai bentuk perubahan yang
terjadi pada dirinya dan pada lingkungan sekitarnya.
Menurut
Slamento (1995:4), belajar adalah proses yang dilakukan untuk memperoleh
tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri
dengan interaksi dengan lingkungannya . Kemudian menurut Sri Rukmini, dkk
(2002:59), belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik yang dapat diamati
maupun tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil
latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan .
Menurut
Bettencourt (dalam Paulina Pannen dkk, 2001) bagi konstruktivisme, pembelajaran
bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari pendidik kepada pesrta didik
melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik membangun sendiri
pengetahuannya. Pembelajaran berarti partisipasi pendidik bersama peserta didik
dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis,
dan mengadakan justifikasi. Jadi pembelajaran adalah bentuk belajar sendiri.
Tugas pendidik adalah membantu peserta didik agar mampu mengkonstruksi
pengetahuannya sesuai dengan situasinya yang konkret .
Pembelajaran
pada dasarnya suatu proses kegiatan guru yang ditujukan kepada siswa dalam
menyampaikan pesan berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan serta membimbing
dan melatih agar siswa belajar. Dengan demikian guru harus menciptakan suatu
kondisi lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Guru melakukan
kegiatan pembelajaran atau membelajarkan siswa sedangkan siswa melakukan
kegiatan belajar .
2. Pembelajaran Matematika di SD
Mengajarkan
matematika itu tidaklah mudah, oleh karena itu tidak dibedakan antara
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan matematika di sekolah. Maka dari itu
perlu adanya desain khusus untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar
khususnya pada mata pelajaran matematika.
“Matematika
adalah (1) Studi pola dan hubungan (studi of patterns and relationships) dengan
demikian masing-masing topik itu saling terjalin satu dengan yang lain yang
membentuknya, (2) Cara berpikir (way of thingking) yaitu memberikan strategi
untuk mengatur, menganalisis dan mensintesa data atau semua yang ditemui dalam
masalah sehari-hari, (3) Suatu seni (art) yaitu ditandai dengan adanya urutan
dan konsistensi internal,dan (4) Sebagai bahasa (a language) dipergunakan
secara hati-hati dan didefinisikan dalam term dan symbol yang akan meningkatkan
kemampuan untuk berkomunikasi akan sains, keadaan kehidupan riil, dan
matematika itu sendiri, serta (5) sebagai alat (a tool) yangn dipergunakan oleh
setiap orang dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Sedangkan mengenai
pengertian matematika sekolah.” (Reyt, et al, 1998 : 4)
“Matematika
sekolah adalah bagian atau unsur dari matematika yang dipilih antara lain
dengan pertimbangan atau berorientasi pada pendidikan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa matematika sekolah adalah matematika yang telah dipilah-pilah
dan disesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual siswa, serta digunakan
sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi para
siswa.” (Soedjadi 199 : 1).
Berdasarkan
paparan tersebut diatas jelas terlihat bahwa konsep pembelajaran matematika
harus diberikan sesuai dengan tingkat intelektual siswa. Hal ini didasarkan
pada pemberian konsep harus bertahap demi tahap guna untuk menyesuaikan taraf
kemampuan intelektual siswa. Maka dari itu guru dituntut untuk menciptakan
suasana pembelajaran yang sesuai dengan acuan yang berlaku sehingga proses
pembelajaran khususnya pembelajaran matematika dijadikan suatu mata pelajaran
yang tidak dianggap sulit oleh siswa. Dengan kata lain guru harus membangun
konsep yang dapat menggugah siswa agar bisa menguatkan metode penerapan
pembelajaran guna untuk menciptakan bahwa pelajaran matematika itu menyenangkan
dan tidak sulit untuk dipelajari.
“Dalam
belajar aktif siswa harus melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar
mendengarkan, untuk bisa terlibat aktif para siswa itu harus terlibat dalam
tugas yang perlu pemikiran tingkat tinggi seperti tugas analisis, sintesis, dan
evaluasi. Oleh karena itu dalam rangka mewujudkan CBSA guru harus berusaha
mencari metode mengajar yang dapat menyebabkan siswa aktif belajar.
Pembelajaran matematika hendaknya menganut kebenaran konsistensi yang
didasarkan kepada kebenaran-kebenaran yang terdahulu yang telah diterima, atau
setiap struktur dalam matematika tidak boleh terdapat kontradiksi. (Bonwell dan
Eison, 1991 : 1)
Dengan
melihat paparan tersebut diatas maka penulis dapat memberikan penjelasan yaitu
untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, maka siswa dalam proses
pembelajaran tidak hanya mendengarkan, tetapi harus terjun langsung dalam
aktivitas pembelajaran yang disampaikan. Maka dari itu proses pembelajaran
harus didesain sedemikian rupa agar supaya proses pembelajaran dapat diterima
dengan cepat oleh siswa.
Adapun
tujuan pembelajaran matematika disebutkan bahwa tujuan yang hendak dicapai dari
pembelajaran matematika sekolah adalah : menumbuhkan dan mengembangkan
keterampilan berhitung (menggunakan satuan konversi) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari,
menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihkan melalui kegiatan matematika,
dan memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikannya secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
3.
Strategi
Belajar Mengajar
Secara
umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk
bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan
dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum
kegiatan guru dan anak didik dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan yang telah digariskan.
Menurut
Newman dan Logan, dalam bukunya yang berjudul Strategy Policy and Central
Management (197 : 8), strategi dasar dari setiap usaha akan mencakup
keempat hal sebagai berikut :
a.
Mengidentifikasi dan menetapkan
spesifikasi dan kualifikasi hasil seperti apa yang harus dicapai dan menjadi
sasaran usaha itu yang sesuai dengan asprasi dan selera masyarakat.
b.
Mempertimbangkan dan memilih jalan
pendekatan utama manakah yang dipandang paling efektif guna mencapai sasaran
tersebut.
c.
Mempertimbangkan dan menetapkan
langakah-langkah apa saja yang akan ditempuh untuk mencapai sasaran tersebut.
d.
Mempertimbangkan dan menetapkan kriteria
dan patokan ukuran yang harus dipergunakan untuk mengukur dan menilaf taraf
keberhasilan usaha tersebut.
Melihat paparan tersebut diatas,
maka strategi belajar mengajar dapat disimpulkan sebagai suatu proses upaya
untuk melaksanakan prosees pembelajaran dengan baik. Dengan demikian tidak
lepas dari peran serta guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Guru harus
mampu memberikan suatu metode yang cepat dan tepat sehingga dengan cepat siswa
akan menangkap hasil pembelajaran yang disampaikan.
4.
Media/alat
peraga
Untuk mengembangkan pemahaman dan
keterampilan secara optimal dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman tentang media/alat peraga. Pengetahuan
itu meliputi :
1.
Media sebagai alat komunikasi guna lebih
mengefektifkan proses belajar mengajar.
2.
Fungsi media dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan.
3.
Tentang proses-proses mengajar.
4.
Hubungan antara metode mengajar dan
media pendidikan.
5.
Nilai atau manfaat media pendidikan
dalam pengajaran.
6.
Memilih dan menggunakan pendidikan.
7.
Berbagai jenis alat dan teknik media
pendidikan.
8.
Media pendidikan dalam setiap mata
pelajaran dan
9.
Usaha inovasi dalam media pendidikan dan
lain-lain.
Ditilik dari beberapa pokok yang
telah dikemukakan diatas, jelaslah bahwa media pendidikan merupakan dasar yang
sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi
berhasilnya proses pendidikan dan usaha pengajaran di sekolah. (Hamalik, 1980 :
15-16).
5. Pemahaman
Pemahaman
merupakan terjemahan dari comprehension. Purwadinata (dalam Emiliani,
2000:7) menyatakan bahwa paham artinya "mengerti benar", sehingga
pemahaman konsep artinya mengerti benar tentang konsep. Menurut Driver (dalam
Suzana, 2003:22) pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi
atau suatu tindakan.
http://matematika
.upi.edu/index
Dari
pengertian di atas ada tiga aspek pemahaman, yaitu:
a.
Kemampuan mengenal
b.
Kemampuan menjelaskan
c.
Kemampuan menginterpretasi atau
menarik kesimpulan
Menurut
Sumarmo (1987:24) ada 3 macam pemahaman, yaitu:
a.
Pengubahan (translation),
b.
Pemberian arti
(interpretation),
c.
Pembuatan ekstrapolasi
(extrapolation).
Beberapa faktor yang mempengaruhi
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran antara lain:
a. Pemilihan metode yang tepat.
b. Pemilihan alat peraga atau media yang
dapat membuat siswa lebih paham terhadap materi yang dipelajarinya.
c. Faktor dari dalam diri siswa, misalnya
motivasi dan ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran yang sedang
dipelajari.
d. Kondisi kelas yang kondusif dan
memungkinkan siswa untuk konsentrasi saat proses pembelajaran sedang
berlangsung.
Pemahaman
siswa terhadap konsep matematika menurut NCTM (dalam Munggaranti, 2007:25)
dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam:
a.
Mendefinisikan konsep secara
verbal dan tulisan.
b.
Membuat contoh dan non contoh
penyangkal.
c.
Mempresentasikan suatu konsep
dengan model, diagram, dan simbol.
d.
Mengubah suatu bentuk
representasi ke bentuk yang lain.
e. Mengenal berbagai makna dan interpretasi
konsep.
f. Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep
dan mengenal syarat-syarat yang menentukan suatu konsep.
g.
Membandingkan dan membedakan
konsep-konsep.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Berpikir
Kerangka
berpikir perlu sekali dilakukan untuk dapat mewujudkan suatu gagasan atau suatu
rencana sampai pada hasilnya sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dideskripsikan sebagai berikut:
Mengingat
anak kelas III SD pada periode operasional konkret, yaitu bahwa anak
mulai mengkonversi ilmu pengetahuan tertentu, perilaku kognitif yang tampak
ialah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika
meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. Dalam hal belajar siswa memerlukan hal-hal yang konkrit untuk beranjak
pada hal-hal yang abstrak.
Seperti
telah diketahui bahwa penggunaaan
penggaris konversi menyajikan
bahan pelajaran dengan menunjukkan objek secara langsung atau cara melakukan
sesuatu sehingga dapat mempelajari secara proses. Objek tersebut dapat berupa
hal-hal yang konkrit.
Implementasi
penggunaan gelang konversi sangat efektif jika diterapkan pada
proses pembelajaran Matematika karena siswa akan terlibat aktif dalam
pembelajaran, menggunakan objek konkret sehingga pemahaman siswa tentang materi
yang dipelajari akan lebih baik atau meningkat.
Pada
pembelajaran matematika materi ”Hubungan
Antarsatuan Panjang, Berat dan waktu”, sangat memerlukan metode di mana siswa tidak hanya membayangkan suatu
materi secara abstrak, tetapi akan lebih baik jika siswa dapat mengalami
pembelajaran dengan secara konkret. Hal ini penting agar siswa dapat lebih memahami
materi. Penggunaan media gelang
konversi cocok diterapkan
dalam kegiatan pembelajaran dengan materi ”Hubungan Antarsatuan Panjang, Berat dan Waktu”.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis
tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : ”Jika dalam pembelajaran
Matematika menggunakan metode gelang
konversi, maka pemahaman siswa akan meningkat.”
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
- Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Pelaksanaan perbaikan
pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri Singosaren Kecamatan Banguntapan Kabupaten
Bantul.
Yang mana situasi kelas mempunyai
ciri-ciri antara lain :
a)
Ukuran kelas
panjang 9 meter dan lebar 7 meter
b)
Jumlah meja
10 buah dan kursi 20 buah
c)
Terdapat
sebuah meja dan sebuah kursi untuk guru
d)
Lantai
berbentuk persegi
e)
Tertempel
beberapa macam gambar pahlawan di dinding dan peta Indonesia.
f)
Terdapat satu
buah alamari untuk menyimapan buku dan alat-alat tulis untuk pembelajaran
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap
ajaran 2014/2015.
- Prosedur
Penelitian
1)
Waktu
Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
Tabel 1.
Waktu Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
No
|
Siklus
|
Hari, Tanggal
|
Materi
|
1
|
I
|
Sabtu, 9 Mei 2015
|
Menentukan hubungan antar satuan panjang.
|
2
|
II
|
Sabtu, 16 Mei 2015
|
Menentukan
hubungan antar satuan berat.
|
3
|
III
|
Sabtu, 23 Mei 2015
|
Menentukan hubungan antar satuan waktu.
|
2)
Deskripsi Per
Siklus
Perbaikan
pembelajaran dilaksanakan dalam tiga siklus, dengan alokasi waktu setiap siklus
adalah 2 x 35 menit atau dua jam pelajaran. Setiap siklus perbaikan
pembelajaran terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
1. Siklus I
a. Perencanaan
Pada siklus
pertama guru merencanakan perbaikan pembelajaran Matematika pada hari Sabtu
tanggal 9 Mei
2015 dengan materi ”Hubungan Antarsatuan Panjang, Berat dan waktu”, yaitu menentukan hubungan antar satuan panjang.
Metode yang
digunakan dalam perbaikan pembelajaran siklus pertama adalah dengan media gelang konversi. Penggunaan media tersebut dimaksudkan agar anak
senang dan tertarik mengikuti pelajaran. Penggunaan media gelang konversi bertujuan untuk mengaktifkan siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Guru
memberikan motivasi dan mengamati keaktifan siswa dengan mengisi lembar
observasi. Guru melaksanakan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan
peniruan dari siswa. Guru memimpin diskusi klasikal dan menarik kesimpulan
terhadap hasil demonstrasi. Di akhir pembelajaran guru memberikan tes akhir
untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.
b. Pelaksanaan
Perbaikan
pembelajaran mata pelajaran Matematika siklus pertama dilaksanakan pada hari
Sabtu tanggal 9 Mei
2015 di kelas III SD Negeri Singosaren Banguntapan Bantul materi tentang ”Hubungan Antarsatuan Panjang, Berat dan waktu”.
Pertama-tama
guru mengadakan apersepsi, yaitu melalui tanya jawab dengan siswa untuk mengingat
kembali satuan ukur, serta alat ukurnya. Selanjutnya guru menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran, serta
memotivasi siswa.
Pada
kegiatan inti siswa diminta membuat
gelang konversi yang telah dicontohkan dan diperagakan oleh guru di depan kelas. Kegiatan kemudian dilanjutkan yaitu
siswa diminta membuat gelang konversi
semenarik mungkin dengan tujuan menumbuhkembangkan kreatif siswa.










Tampilan Sisi
Belakang Penggaris Konversi :
![]() |


Pada kegiatan selanjutnya siswa memperhatikan demonstrasi yang dilakukan
guru yaitu guru menjelaskan cara
menggunakan gelang konversi dan siswa ikut mempraktekkan instruksi dari guru. Guru mengawasi dan membimbing siswa dalam proses menggunakan gelang
konversi. Setelah beberapa siswa telah memperagakan di depan kelas, siswa mencoba memecahkan masalah
hubungan antarsatuan Panjang, Berat dan waktu.
Kegiatan dilanjutkan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang hal-hal yang belum dipahami oleh siswa. Kemudian dengan bimbingan guru,
siswa menyimpulkan materi pelajaran dan mencatat pada buku. Pada akhir kegiatan
inti, siswa mengerjakan evaluasi, serta mencocokkan hasil evaluasi secara klasikal.
Pada kegiatan akhir siswa diberi PR, penguatan agar siswa lebih rajin belajar,
kemudian guru mengakhiri pelajaran.
c. Observasi
d. Refleksi
2. Siklus II
a. Perencanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus kedua direncanakan berdasarkan
hasil refleksi siklus pertama yang kurang memuaskan. Guru merencanakan
perbaikan pembelajaran Matematika pada hari Sabtu tanggal 14 Mei 2013 dengan materi ”Hubungan
Antarsatuan Panjang, Berat dan waktu” yaitu menentukan hubungan
antarsatuan berat.
Metode yang digunakan dalam perbaikan pembelajaran siklus kedua adalah
metode demonstrasi, diskusi klasikal, dan penugasan.
Guru memberikan motivasi dan mengamati keaktifan siswa dengan mengisi
lembar observasi. Guru melaksanakan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan
peniruan dari siswa. Guru memimpin diskusi klasikal dan menarik kesimpulan
terhadap hasil demonstrasi. Di akhir pembelajaran guru memberikan tes akhir
untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.
b. Pelaksanaan
Perbaikan pembelajaran mata pelajaran Matematika siklus kedua dilaksanakan
pada hari Sabtu tanggal 16 Mei 2015 di kelas III SD
Negeri Singosaren Banguntapan Bantul dengan materi ”Hubungan Antarsatuan Panjang, Berat dan waktu”, yaitu menentukan hubungan antarsatuan berat.
Pertama-tama guru mengadakan apersepsi yaitu mengadakan tanya jawab tentang penggunaan gelang
konversi dalam menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan satuan panjang.
Pada awal kegiatan inti, siswa memperhatikan demonstrasi yang dilakukan
guru, yaitu menggunakan gelang
konversi, kemudian
ditempelkan pada salah satu buku
tugas siswa dan mulai mengoperasikan soal cerita yang berkaitan dengan satuan
panjang. Kemudian dengan
bimbingan guru, secara bergantian beberapa siswa diminta melakukan hal yang sama seperti yang telah
dicontohkan/diperagakan oleh guru.
Selanjutnya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, kemudian siswa
mengerjakan tugas secara berkelompok, yaitu menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan satuan panjang. Jika siswa telah selesai mengerjakan
tugas kelompok, maka secara bergantian, setiap kelompok mempresentasikan hasil
kerja kelompok. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi secara klasikal, yaitu
siswa dan guru mengoreksi hasil kerja kelompok, kemudian melalui diskusi
memberi masukan jika terdapat kekurangan atau kesalahan.
Pada akhir kegiatan inti, siswa diberi kesempatan untuk bertanya, kemudian
dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan materi pelajaran kemudian mencatat
pada buku. Jika siswa telah selesai mencatat, siswa mengerjakan evaluasi,
kemudian secara klasikal siswa dan guru mencocokkan hasil evaluasi. Siswa diberi penguatan agar siswa lebih rajin belajar, kemudian guru
mengakhiri pelajaran.
c. Observasi
d. Refleksi
3. Siklus III
a. Perencanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus ketiga direncanakan berdasarkan
hasil refleksi siklus kedua. Guru merencanakan perbaikan pembelajaran
Matematika pada hari Sabtu tanggal 23 Mei 2015 dengan materi ”Hubungan
Antarsatuan Panjang dan Berat” yaitu menentukan hubungan antarsatuan
waktu. Metode yang digunakan
dalam perbaikan pembelajaran siklus ketiga adalah dengan media gelang konversi, diskusi klasikal, kerja kelompok dan penugasan, serta lembar tugas. Penggunaan media tersebut dimaksudkan agar anak senang
dan tertarik mengikuti pelajaran, serta menambah pemahaman siswa terhadap
materi yang sedang dipelajarinya. Penggunaan media gelang konversi bertujuan
untuk mengaktifkan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru memberikan
motivasi dan mengamati keaktifan siswa dengan mengisi lembar observasi. Guru
melaksanakan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan peniruan dari siswa.
Guru memimpin diskusi klasikal dan menarik kesimpulan terhadap hasil
demonstrasi. Di akhir pembelajaran guru memberikan tes akhir untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa.
b. Pelaksanaan
Perbaikan pembelajaran mata pelajaran Matematika siklus kedua dilaksanakan
pada hari Sabtu tanggal 23 Mei 2015 di kelas III SD Negeri Singosaren Banguntapan Bantul dengan materi tentang ”Hubungan Antarsatuan”, yaitu menentukan hubungan antarsatuan waktu.
Kegiatan awal dimulai dengan apersepsi, yaitu melalui tanya jawab guru
dengan siswa untuk mengingat kembali
satuan ukur serta alat ukurnya. Guru kemudian menginformasikan tujuan pembelajaran dan memotifasi siswa.
Pada awal kegiatan inti, siswa memperhatikan demonstrasi yang dilakukan
guru, yaitu menggunakan gelang
konversi, kemudian
ditempelkan pada salah satu buku
tugas siswa dan mulai mengoperasikan soal cerita yang berkaitan dengan waktu. Kemudian dengan bimbingan guru, secara
bergantian beberapa siswa diminta
melakukan hal yang sama seperti yang telah dicontohkan/diperagakan oleh guru.
Selanjutnya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, kemudian siswa
mengerjakan tugas secara berkelompok, yaitu menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan waktu. Jika siswa telah selesai mengerjakan tugas
kelompok, maka secara bergantian, setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja
kelompok. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi secara klasikal, yaitu siswa dan
guru mengoreksi hasil kerja kelompok, kemudian melalui diskusi memberi masukan
jika terdapat kekurangan atau kesalahan.
Pada akhir kegiatan inti, siswa diberi kesempatan untuk bertanya, kemudian
dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan materi pelajaran kemudian mencatat
pada buku. Jika siswa telah selesai mencatat, siswa mengerjakan evaluasi,
kemudian secara klasikal siswa dan guru mencocokkan hasil evaluasi.
Pada kegiatan akhir, siswa diberi PR dan penguatan agar siswa lebih rajin
belajar.
c. Observasi
d. Refleksi
- Subyek dan Obyek Penelitian
Pelaksanaan
perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan
di SD Negeri Singosaren, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten
Bantul.
Subjek
penelitian adalah siswa kelas III SD Negeri Singosaren yang
berjumlah 20 siswa, terdiri dari anak laki-laki sebanyak 9 siswa, dan anak perempuan sebanyak 11 siswa.
Mereka pada umumnya berasal dari keluarga yang
menengah kebawah. Namun, selalu ceria dalam KBM. Sedangkan objek dalam
penelitian ini adalah meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa dalam pembelajaran Matematika Materi Hubungan Antar Satuan dengan menggunakan media gelang konversi.
Kelas III
merupakan
kelas dengan nilai Matematika
paling rendah dibanding kelas-kelas lain. Hal ini mendorong peneliti untuk
mengadakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan gelang
konversi untuk meningkatkan pemahaman
siswa dalam pembelajaran Matematika Materi Hubungan Antarsatuan Panjang, Berat,
dan waktu.
- Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.
Dokumentasi nilai, yaitu data berupa
nilai ulangan harian Matematika pada kompetensi dasar sebelumnya yang dijadikan
sebagai nilai dasar untuk digunakan sebagai acuan hasil tes pada siklus I.
2.
Tugas, yaitu nilai rata-rata hasil
latihan soal dan dan tugas rumah yang diberikan guru sebagai latihan siswa.
3.
Observasi adalah segala upaya merekam
segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu
berlangsung dengan atau tanpa alat bantu.Observasi ini dilakukan untuk memantau proses dan dampak pembelajaran yang
diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan
efisien. Observasi dipusatkan pada proses dan hasil tindakan pembelajaran
beserta peristiwa-peristiwa yang melingkupinya. Langkah-langkah observasi
meliputi perencanaan, pelaksanaan observasi kelas dan pembahasan balikan.
4. Wawancara,merupakan data yang sangat penting dalam penelitian yaitu berupa manusia yang dalam posisi sebagai nara sumber
(informan). Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data itu diperlukan teknik
wawancara. Wawancara dalam penelitian ini dilaksanakan secara langsung yaitu
percakapan dan tanya jawab kepada siswa secara langsung tanpa perantara.
Wawancara ini juga dilakukan secara tertutup dan bebas, agar siswa dapat
mengungkapkan permasalahan, keinginan dan kebutuhannya dalam kegiatan
pembelajaran. Wawancara ini digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian
yang lebih lanjut dan dipergunakan untuk mengetahui secara mendalam
tentang kondisi siswa sebelum
pembelajaran dengan model pembelajaran demonstrasi.
5. Tes Hasil Belajar, tes digunakan untuk mengukur kemampuan sesuatu,
keterampilan, pengetahuan, penguasaan dan sebagainya. Teknik pengumpulan data
penelitian ini berupa soal-soal yang disajikan ini guna mengetahui hasil atau
nilai yang dicapai siswa dalam Matematika. Peneliti menggunakan tes
awal, tes proses, tes akhir untuk membandingkan hasil tes siswa.
E.
Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian sebagai alat
bantu bagi peneliti dalam menggunakan metode pengumpulan data agar menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya (Suharsimi Arikunto, 2006:100).
Adapun instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Tes Hasil Belajar, tes merupakan alat pcnilaian yang
berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapatkan
jawaban dari siswa dalam bentuk lisan, tulisan, maupun perbuatan.
Groulund & Linn (Jero: 2011) mengemukakan bahwa tes merupakan instrumen
atau prosedur sistematik untuk mengukur sampel tingkah laku yang dimiliki
individu. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Cronbach (Jero: 2011)
bahwa tes juga dapat didefinisikan sebagai prosedur sistematik untuk
membandingkan tingkah laku dari dua atau lebih individu.
Tes yang digunakan berupa tes uraian. Penggunaan tes uraian cukup beralasan
karena memberikan indikasi yang baik untuk mengungkap prestasi yang nyata dalam
belajar dan mengetahui sejauh mana siswa mendalami suatu masalah yang
disajikan. Disamping itu, Gorman (Jero: 2011) menyatakan bahwa tes bentuk
uraian layak dipergunakan untuk mengevaluasi kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah untuk bidang tertentu dan juga untuk mengevaluasi aspek tertentu dari
proses pemecahan masalah. Tes uraian harus dijawab dengan langkah-langkah
tertentu, baik yang mengikuti langkah-langkah orang lain, mengembangkan langkah
sendiri, mengevaluasi, ataupun mengurangi langkah-langkah tertentu.
- Uji
Coba Instrumen
Ujicoba dilakukan sebelum instrumen yang akan
digunakan siap pakai. Langkah-langkah yang dilakukan untuk melaksanakan uji
coba ialah dengan menentukan obyek untuk dilakukan ujicoba.
Langkah kedua yaitu mempersiapkan butir-butir soal
yang akan diujicobakan dan meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal tersebut.
Setelah melakukan ujicoba, kemudian dilakukan penghitungan skor yang diperoleh
siswa. Setiap nomor soal yang benar mendapatkan skor 1, dan nomor soal yang
salah mendapatkan skor 0. Adapun untuk
mengetahui nilai, maka jumlah skor yang diperoleh siswa dibagi dengan 2.
G. Teknik Analisis Data
Pada penelitian tindakan kelas ini, analisis data
yang dilakukan bersifat deskriptif
kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan dengan analisis
interaktif. Data yang dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan analisis
interktif yang terdiri dari reduksi (pemilihan/ penyederhanaan) data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan dilakukan dalam bentuk interaktif dengan
pengumpulan data sebagai suatu proses siklus.
H. Indikator
Keberhasilan Tindakan
Penelitian ini dikatakan
berhasil apabila minimal 85% dari seluruh siswa yang mengikuti tes
pembelajaran Matematika sudah memenuhi KKM KD yang
ditentukan yaitu 70.
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, Toha dkk. (2008). Metode Penelitian. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Djoko Moesono & sujono,
1998. Matematika 4, Jakarta:
Depdikbud.
Nur Fajariyah & Defi
Triratnawati, 2008. Matematika 3,
Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas, 2004. Pedoman Pengembangan Silabus, Jakarta.
Depdiknas, 2006. Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta.
Elly E, 1996. Metoda Pengajaran Matematika di Sekolah
Dasar, Jogjakarta: PPPG JOGJAKARTA.
Oemar Hamalik, 1980. Media
Pendidikan, Jakarta.
Karim, Muchtar A, 1999. Metodologi Pembelajaran. Jakarta.
Kasbolah, Kasihani. (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Depdikbud.
Paulina Pannen, Dina Mustafa dan Mustika Sekarwinahyu. (2001). Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Jakarta: Proyek
Pengembangan UT, Depdiknas.
Slamento. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar